Edy Nasution: Lima Bulan Jadi Danrem Tak Pernah Ada Rapat Forkompinda
Jumat, 09-03-2018 - 13:57:31 WIB
 |
ISTIMEWA
|
JAKARTA, RIAUIN.COM - Penampilan H Edy Nasution sebagai calon wakil gubernur mendampingi calon gubernur H Syamsuar pada talk show "Kandidat Bicara: Live Metro TV", Kamis malam (9/3/2018) mampu mencuri perhatian empat orang panelis.
"Apa yang akan Pak Edy perbuat jika pak Edy nanti menjadi wakil gubernur?" kata M Qodari Direktur Indo Narometer, salah seorang panelis malam itu.
Menjawab itu, Edy yang berlatar belakang militer ini menjawab ada tiga. Pertama disiplin waktu dan kinerja. Kedua, efesiensi anggaran. Ketiga koordinasi dengan semua pihak.
"Sebagai prajurit militer kami dilatih untuk disiplin waktu. Alhamdulillah saya melihat ini ada pada Syamsuar. Beliau sangat disiplin, makanya saya merasa cocok dengan beliau. Juga masalah efisiensi dan koordinasi dengan semua pihak, khususnya Forkompinda," ujarnya.
Ditambahkan, selama lima bulan menjabat Danrem belum pernah ada rapat Forkompinda oleh Gubernur. Padahal rapat ini penting sebagai bentuk koordinasi kita dalam membicarakan masalah Riau dan mencarikan solusinya.
"Lima bulan menjadi Danrem, tak pernah ada rapat Forkompinda digelar. Ini juga menjadi catatan kecil bagi saya," sebut jenderal purnawirawan bintang satu kelahiran Bengkalis ini.
Sebagai mana diketahui, Brigjen TNI H Edy Nasution diangkat menjadi Danrem Wirabima 031 pada tanggal 24 Agustus 2017, dan mundur dari jabatan dan TNI pada 12 Februari 2018 bersamaan dengan penetapan paslon calon gubernur dan wakil gubernur Riau 2019-2024.
Adapun para panelis yang mengupas buah pikiran dan pengalaman H Syamsuar dan Edy Nasution adalah Enny Sri Hartati (Ekonom INDEF), Hermawan Sulistyo (Pakar Politik), M Qodari (Dir. Eksekutif Indo Barometer), dan Usman Kansong (Jurnalis Senior).
Alasan Mau Jadi Nomor Dua
Dalam talk show tersebut, panelis juga menanyakan kepada Edy Nasution tentang alasannya memilih pensiun dini dari TNI, lalu maju menjadi orang nomor dua, bukan orang nomor satu.
"Awalnya saat ditugaskan menjadi Danrem ke Riau, yang bagi saya tugas tersebut sama dengan pulang kampung setelah tiga puluh tahun bertugas di sejumlah daerah di Indonesia," jelas Edy yang malam itu tampil percaya diri.
Dilanjutnya, "Kebetulan di Riau sedang ada persiapan pemilihan gubernur. Dari beerapa pertemuan dengan tokoh masyarakat dan keluarga besar, saya disarankan untuk maju. Waktu itu saya belum mau. Namun hampir di mana-mana saya disarankan untuk maju juga oleh tokoh-tokoh senior kita.
Demikian pula dengan keluarga yang minta saya bersedia maju. Akhirnya saya jawab, ini akan saya pertimbangkan dengan catatan: satu, saya jangan 'dijodohkan' dengan calon manapun; kedua, kasih saya waktu beberapa bulan untuk mempelajari semua nama-nama bakal calon gubernur yang akan maju."
Setelah proses itu berjalan beberapa bulan, pria kelahiran Bengkalis ini menjatuhkan pilihannya kepada Bupati Siak H Syamsuar. Alasannya, selain sederhana dan agamis, Syamsuar adalah birokrat yang meniti karir dari bawah dengan segudang prestasi yang dipersembahkannya untuk kabupaten Siak.
"Alasan lainnya dia seorang pamong yang sangat disiplin, baik waktu maupun kinerja. Oleh beliau Siak mendapatkan prestasi pengelolaan keuangan daerah tingkat nasional, enam kali berturut-turut meraih predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Ini sangat luar biasa. Kami saja di TNI baru satu menerima WTP tahun 2014," ujarnya.
Terkait tentang alasan dia mau menjadi orang nomor dua, Edy mengakui dalam pendidikan militernya setiap prajurit harus mampu menjadi nomor satu. Menjadi komandan di setiap kesatuan.
"Namun setelah mengenal sosok Syamsuar lebih dekat, untuk menjadi nomor satu atau nomor dua sudah bukan masalah lagi bagi saya. Yang penting saya punya kesempatan untuk mengabdikan diri demi daerah dan masyarakat Riau yang saya cintai ini," tutupnya.(*)
Komentar Anda :